John Dollard dan Neal E. Miler

John Dollard dan Neal E. Miler


Elvira Julia/19310410075
Tugas Kepribadian II
Dosen Pengampu : Fx. Wahyu Widiantoro S. Psi. M. A

Dollard dan Miller bekerja sama di Institute Of Human Relation-Universitas Yale, mengembangkan pendekatan interdisiplin tiga bidang ilmu : teori belajar, psikoanalituk dan antropogi sosial. Menur Dollar dan Miller, bentuk sederhana dari teori belajar adalah mempelajari keadaan di mana terjadi hubungan antara respon dengan cue stimulusnya. Bahasan mengenal prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran atau reinforsemen menjadi sangat penting. 

Kebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikAtan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relative stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara. Maksudnya, kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru keesokan harinya. Dollard dan Miller menyerahkan kepada ahli lain rincian perangkat habit tertentu yang mungkin menjadi ciri seseorang, karena mereka lebih memusatkan bahasannya mengenai proses belajar, bukan kepemilikan atau hasilnya. Namun mereka menganggap penting kelompok habit dalam bentuk stimulus verbal dari orang itu sendiri atau dari orang lain, dan responnya yang umum juga berbentuk verbal. Dollard dan Miller juga mempertimbangkan dorongan sekunder (secondary drives), seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relative stabil. Dorongan primer (primary drives) dan hubungan stimulus-respon yang bersifat bawaan (innate) juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan dorongan sekunder, karena dorongan primer dan hubungan stimulus-respon bawaan ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik.

Dinamika Kepribadian

Motivasi – Dorongan (Motivation – Drives)

Dollard dan Miller sangat memerhatikan motivasi atau drive. Mereka tidak menggambar atau mengklasifikasi motif tertentu, tetapi memusatkan perhatiannya pada motif-motif yang penting, seperti kecemasan. Dalam menganalisa perkembangan dan elaborasi kecemasan inilah mereka berusaha menggambarkan proses umum yang mungkin berlaku untuk semua motif. Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul dorongan yang dipelajari (secondary drives) dari atau berdasarkan dorongan primer seperti lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari itu berperan sebagai wajah semu yang fungsinya menyembunyikan dorongan bawaan. Kenyataannya, di masyarakat Barat yang modern, dari pengamatan sepintas terhadap masyarakat dewasa, pentinganya dorongan primer sering tidak jelas. Sebaliknya, yang kita lihat adalah dampak dari dorongan yang dipelajari seperti kecemasan, malu dan kebutuhan kepuasan. Hanya dalam proses perkembangan masa anak-anak atau dalam periode krisis dapat dilihat jelas beroperasinya dorongan primer. Dollard dan Miller mengemukakan bahwa bukan hanya dorongan primer yang diganti oleh dorongan sekunder, tetapi hadiah atau penguat yang primer ternyata juga diganti dengan hadiah atau penguat sekunder. Misalnya senyum orang tua secara bijak terus menerus dihubungkan dengan aktivitas pemberian makanan, penggantian popok dan aktivitas yang memberi kenyamanan lainnya: ”senyum” akan menjadi hadiah sekunder yang sangat kuat bagi bayi sampai dewasa.

Proses Belajar

Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. Peralatannya adalah kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit. Kotak itu diberi sekat yang dapat diloncati tikus, sisi satu diberi warna putih dan sisi lain diberi warna hitam. Dibunyikan bel bersamaan dengan pemberian kejutan listrik pada kotak putih yang membuat tikus kesakitan, yang segera dihentikan kalau tikus itu meloncat dari kotak putih ke kotak hitam. Ternyata sesudah terjadi proses belajar, warna kotak yang putih dan atau bunyi bel saja (tanpa kejutan listrik) telah membuat tikus meloncati sekat. Ini adalah reaksi takut terhadap rasa sakit. Percobaan ditingkatkan dengan menutp sekat dan memasang pengumpil yang harus ditekan tikus agar pintu penghubung ke sekat hitam terbuka (tikus bisa lari ke kotak hitam yang bisa bebas dari kejutan listrik dan bel berhenti). Ternyata kemudian tikus berhenti berusaha menabrak sekat (yang tidak dapat diloncati lagi), dan menemukan cara baru yakni menekan pengumpil untuk membuaka pintu sekat. Eksperimen ini mendemonstrasikan beberapa prinsip belajar yakni;

1. Classical conditioning (tikus terkondisi merespon bel sebagai tanda aka nada kejutan listrik)

2. Instrumental learning (tikus belajar respon meloncati sekat sebagai instrumental menghindari rasa sakit)

3. Extinction (tingkah laku meloncat tidak dilakukan lagi, diganti dengan menekan pengumpil)

4. Tampak pula, primary drive (rasa sakit dan tertekan) memunculkan learned atau secondary drive (rasa takut) yang kemudian memotivasi tingkah laku organisme bahkan ketika sumber rasa sakit sudah tidak muncul.

Dari eksperimen-eksperimennya, Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut dan anxiety. Mereka juga menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar orang harus menginginkan sesuatu, mengenali sesuatu, mengerjakan sesuatu dan mendapat sesuatu (want something, notice something, do something,  get something). Inilah yang kemudian menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive, cue, response dan reinforcement.

1. Drive adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya

2. Cue adalah stimulus yang member petunjuk perlunya dilakuakn respon yang sesungguhnya

3. Response adalah aktivitas yang dilakukan seseorang. Menurut Dollard dan Miller, sebelim suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Dalam situasi tertentu, suatu stimulus menimbulkan respon-respon yang berurutan, disebut initial hierarchy of response. Belajar akan menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu, menjadi resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Reinforcement maksudnya agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau hadiah. Dollard dan Miller mendefinisikan reinforcement sebagai drive pereda dorongan (drive reduction). 

Proses Mental Yang Lebih Tinggi

Dollard memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus – respon. Dalam dinamika kepribadian Dollard & Miller terdapat generalisasi stimulus, dimana respon yang dipelajari dalam kaitannya dengan suatu stimulus, dapat dipakai untuk menjawab stimulus lain yang bentuk atau wujud fisiknya mirip. Semakin mirip stimulus lain itu dengan stimulus aslinya, peluang terjadinya generalisasi tingkah laku, emosi, pikiran atau sikap semakin besar.

Model Konflik

Ada tiga bentuk konflik:

1.     Konflik approach-avoidance (orang dihadapkan dengan pilihan nilai positif dan negatif yang ada di satu situasi)

2.    Konflik avoidance-avoidance (orang dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama negatif)

3.    Konflik approach-approach (orang dihadapkan dengan pilihan yang sama-sama positif).


Ketidaksadaran

Dollard dan miller memandang penting faktor ketidaksadaran, Dollard dan miller membagi isi-isi ketidaksadaran menjadi dua. Yang pertama ketidaksadaran yang berisi hal yang tidak pernah disadari seperti stimuli,drive dan respon yang dipelajari bayi sebelum bisa berbicara sehingga tidak memliki label verbal. Yang ke dua berisi apa yang pernah disadari tetapi tidak bertahan dan menjadi tidak disadari karena adanya represi

Daftar Pustaka : 

Alwisol, 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press


Comments